
Beliau
ialah Thalhah bin Ubaidillah bin Usman
bin Ka’ab bin Sa’ad, seorang sahabat daripada Quraisy, merupakan salah
seorang daripada 6 (enam) orang ahli majlis yang dicalonkan sebagai pengganti
Khalifah Umar bin Khattab sepeninggalnya, dan juga merupakan salah seorang yang
dijanjikan syurga. Setelah Khalifah Umar ditikam oleh Abu Lukluk , ia
sempat menamakan 6 orang sahabatnya yaitu
1. Usman
Bin Affan,
2. Abdul
Rahman Bin Auf,
3. Ali
Bin Abu Talib,
4. Thalhah Bin Ubaidillah,
5. Zubair
al-Awwam dan,
6. Saad
Abu Waqqas
untuk
memilih salah seorang dari mereka sebagai bakal khalifah penggantinya dalam
tempo 3 hari. Thalhah bin Ubaidillah juga merupakan salah seorang diantara 10
(sepuluh) sahabat-sahabat yang dijamin masuk surga oleh Nabi Muhammad SAW,
yaitu:
1. Abu Bakar RA – sudah meninggal,
2. Umar RA – khalifah ketika itu,
3. Usman bin Affan RA,
4. Ali bin Abi Tholib RA,
5. Saad bin Abi Waqqas RA,
6. Zubair bin Awwam RA,
7. Abdul Rahman bin 'Auf RA,
8. Talhah bin Ubaidillah RA,
9. Abu Ubaidah Jarrah RA – sudah meninggal
10. Said bin Zaid RA
2. Umar RA – khalifah ketika itu,
3. Usman bin Affan RA,
4. Ali bin Abi Tholib RA,
5. Saad bin Abi Waqqas RA,
6. Zubair bin Awwam RA,
7. Abdul Rahman bin 'Auf RA,
8. Talhah bin Ubaidillah RA,
9. Abu Ubaidah Jarrah RA – sudah meninggal
10. Said bin Zaid RA
Beliau
selalu aktif di setiap peperangan kecuali Perang Badar. Beliau telah menyertai
peperangan Uhud dan menyumbangkan suatu sumbangan yang besar Di dalam perang
Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata
pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau.. Beliau telah melindungi Nabi
s.a.w dengan dirinya sendiri dan menahan panah dari terkena baginda dengan
tangannya sehingga lumpuh jari-jarinya.
Thalhah
Memeluk Islam
Beliau masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq
ra. Thalhah adalah seorang pemuda Quraisy, ia memilih profesi sebagai saudagar.
Meski masih muda, Thalhah punya kelebihan dalam strategi berdagang, ia cerdik
dan pintar, hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua.
Pada suatu ketika Thalhah dan rombongan pergi ke Syam. Di Bushra, Thalhah
mengalami peristiwa menarik yang mengubah garis hidupnya. Tiba-tiba seorang
pendeta berteriak-teriak, "Wahai para pedagang, adakah di antara tuan-tuan
yang berasal dari kota Makkah?" "Ya, aku penduduk Makkah," sahut
Thalhah. "Sudah munculkah orang di antara kalian orang bernama
Ahmad?" tanyanya. "Ahmad yang mana?" "Ahmad bin Abdullah
bin Abdul Muthalib. Bulan ini pasti muncul sebagai Nabi penutup para Nabi. Kelak
ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu-batu hitam yang banyak pohon
kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan
garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya wahai anak muda," sambung
pendeta itu. Ucapan pendeta itu begitu membekas di hati Thalhah hingga tanpa
menghiraukan kafilah dagang di pasar ia langsung pulang ke Makkah. Setibanya di
Makkah, ia langsung bertanya kepada keluarganya, "Ada peristiwa apa
sepeninggalku?" "Ada Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya Nabi
dan Abu Bakar telah mempercayai dan mengikuti apa yang dikatakannya,"
jawab mereka. ”Aku kenal Abu Bakar. Dia seorang yang lapang dada, penyayang dan
lemah lembut. Dia pedagang yang berbudi tinggi dan teguh. Kami berteman baik,
banyak orang menyukai majelisnya, karena dia ahli sejarah Quraisy," gumam
Thalhah lirih. Setelah itu Thalhah langsung mencari Abu Bakar. "Benarkah
Muhammad bin Abdullah telah menjadi Nabi dan engkau mengikutinya?"
"Betul." Abu Bakar menceritakan kisah Muhammad sejak peristiwa di gua
Hira' sampai turunnya ayat pertama. Abu Bakar mengajak Thalhah untuk masuk
Islam. Usai Abu Bakar bercerita Thalhah ganti bercerita tentang pertemuannya
dengan pendeta Bushra. Abu Bakar tercengang. Lalu Abu Bakar mengajak Thalhah
untuk menemui Muhammad dan menceritakan peristiwa yang dialaminya dengan
pendeta Bushra. Di hadapan Rasulullah, Thalhah langsung mengucapkan dua kalimat
syahadat.
Pengorbanan
Thalhah kepada Rasulullah SAW
Bila diingatkan tentang perang Uhud, Abu Bakar RA selalu
teringat pada Thalhah. Ia berkata, "Perang Uhud adalah harinya Thalhah.
Pada waktu itu akulah orang pertama yang menjumpai Rasulullah SAW. Ketika
melihat aku dan Abu Ubaidah, baginda berkata kepada kami: "Lihatlah
saudaramu ini." Pada waktu itu aku melihat tubuh Thalhah terkena lebih
dari (70) tujuh puluh tikaman atau panah dan jari tangannya putus." Diceritakan
ketika tentara Muslim terdesak mundur dan Rasulullah SAW dalam bahaya akibat
ketidakdisiplinan pemanah-pemanah dalam menjaga pos-pos di bukit, di saat itu
pasukan musyrikin bagai kesetanan merangsek maju untuk melumat tentara muslim
dan Rasulullah SAW, terbayang di pikiran mereka kekalahan yang amat memalukan
di perang Badar. Mereka masing-masing mencari orang yang pernah membunuh
keluarga mereka sewaktu perang Badar dan berniat akan membunuh dan memotong-motong
dengan sadis. Semua musyrikin berusaha mencari Rasulullah SAW. Dengan
pedang-pedangnya yang tajam dan mengkilat, mereka terus mencari Rasulullah SAW.
Tetapi kaum muslimin dengan sekuat tenaga melindungi Rasulullah SAW, melindungi
dengan tubuhnya dengan daya upaya, mereka rela terkena sabetan, tikaman pedang
dan anak panah. Tombak dan panah menghunjam mereka, tetapi mereka tetap
bertahan melawan kaum musyrikin Quraisy. Hati mereka berucap dengan teguh,
"Aku korbankan ayah ibuku untuk engkau, ya Rasulullah". Salah satu
diantara mujahid yang melindungi Nabi SAW adalah Thalhah. Ia berperawakan tinggi
kekar. Ia ayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri. Ia melompat ke arah
Rasulullah yang tubuhnya berdarah. Dipeluknya Beliau dengan tangan kiri dan dadanya.
Sementara pedang yang ada ditangan kanannya ia ayunkan ke arah lawan yang
mengelilinginya bagai laron yang tidak memperdulikan maut. Alhamdulillah, Rasulullah
selamat. Thalhah memang merupakan salah satu pahlawan dalam barisan tentara
perang Uhud. Ia siap berkorban demi membela Nabi SAW. Ia memang patut ditempatkan
pada barisan depan karena ALLAH menganugrahkan kepada dirinya tubuh kuat dan
kekar, keimanan yang teguh dan keikhlasan pada agama ALLAH. Akhirnya kaum
musyrikin pergi meninggalkan medan perang. Mereka mengira Rasulullah SAW telah
tewas. Alhamdulillah, Rasulullah selamat walaupun dalam keadaan menderita
luka-luka. Baginda dipapah oleh Thalhah menaiki bukit yang ada di ujung medan pertempuran.
Tangan, tubuh dan kakinya diciumi oleh Thalhah, seraya berkata, "Aku tebus
engkau Ya Rasulullah dengan ayah ibuku." Nabi SAW tersenyum dan berkata,
" Engkau adalah Thalhah kebajikan." Di hadapan para sahabat Nabi SAW
bersabda, " Keharusan bagi Thalhah adalah memperoleh ...." Yang
dimaksud nabi SAW adalah memperoleh surga. Sejak peristiwa Uhud itulah Thalhah
mendapat julukan "Burung elang hari Uhud."
Keteladanan
Thalhah Bin Ubaidillah
1. Al-Qarinain atau sepasang sahabat yang mulia
Bagi keluarganya, masuk Islamnya
Thalhah bagaikan petir di siang bolong. Keluarganya dan orang-orang sesukunya
berusaha mengeluarkannya dari Islam. Mulanya dengan bujuk rayu, namun karena
pendirian Thalhah sangat kokoh, mereka akhirnya bertindak kasar. Siksaan demi siksaan mulai mendera tubuh anak muda yang
santun itu. Sekelompok pemuda menggiringnya dengan tangan terbelenggu di
lehernya, orang-orang berlari sambil mendorong, memecut dan memukuli kepalanya,
dan ada seorang wanita tua yang terus berteriak mencaci maki Thalhah, yaitu ibu Thalhah, Ash-Sha'bah binti Al-Hadramy.
Tak hanya itu, pernah seorang lelaki Quraisy, Naufal bin Khuwailid yang
menyeret Abu Bakar dan Thalhah mengikat keduanya menjadi satu dan mendorong ke
algojo hingga darah mengalir dari tubuh sahabat yang mulia ini. Peristiwa ini
mengakibatkan Abu Bakar dan Thalhah digelari Al-Qarinain atau sepasang sahabat
yang mulia.
2. Assyahidul Hayy, atau syahid yang hidup.
Tidak hanya sampai disini saja cobaan dan ujian yang
dihadapi Thalhah, semua itu tidak membuatnya surut, melainkan makin besar bakti
dan perjuangannya dalam menegakkan Islam, hingga banyak gelar dan sebutan yang
didapatnya antara lain Assyahidul Hayy, atau syahid yang hidup. Julukan ini
diperolehnya dalam perang Uhud. Saat itu barisan kaum Muslimin terpecah belah
dan kocar-kacir dari sisi Rasulullah. Yang tersisa di dekat beliau hanya 11
orang Anshar dan Thalhah dari Muhajirin. Rasulullah dan orang-orang yang
mengawal beliau naik ke bukit tadi dihadang oleh kaum Musyrikin. "Siapa
berani melawan mereka, dia akan menjadi temanku kelak di surga," seru
Rasulullah. "Aku Wahai Rasulullah," kata Thalhah. "Tidak, jangan engkau, kau harus berada di
tempatmu." "Aku wahai Rasulullah," kata seorang prajurit Anshar.
"Ya, majulah," kata Rasulullah. Lalu prajurit Anshar itu maju melawan
prajurit-prajurit kafir. Pertempuran yang tak seimbang mengantarkannya menemui
kesyahidan. Rasulullah kembali meminta para sahabat untuk melawan orang-orang
kafir dan selalu saja Thalhah mengajukan diri pertama kali. Tapi, senantiasa ditahan oleh Rasulullah dan
diperintahkan untuk tetap ditempat sampai 11 prajurit Anshar gugur menemui
syahid dan tinggal Thalhah sendirian bersama Rasulullah, saat itu Rasulullah
berkata kepada Thalhah, "Sekarang engkau, wahai Thalhah." Dan majulah
Thalhah dengan semangat jihad yang berkobar-kobar menerjang ke arah musuh dan
menghalau agar jangan menghampiri Rasulullah. Lalu Thalhah berusaha menaikkan
Rasulullah sendiri ke bukit, kemudian kembali menyerang hingga tak sedikit
orang kafir yang tewas. Saat itu Abu Bakar dan Abu Ubaidah bin Jarrah yang
berada agak jauh dari Rasulullah telah sampai di dekat Rasulullah.
"Tinggalkan aku, bantulah Thalhah, kawan kalian," seru Rasulullah.
Keduanya bergegas mencari Thalhah, ketika ditemukan, Thalhah dalam keadaan
pingsan, sedangkan badannya berlumuran darah segar. Tak kurang 79 luka bekas tebasan pedang, tusukan lembing
dan lemparan panah memenuhi tubuhnya. Pergelangan tangannya putus sebelah.
Dikiranya Thalhah sudah gugur, ternyata masih hidup. Karena itulah gelar syahid
yang hidup diberikan Rasulullah. "Siapa yang ingin melihat orang berjalan
di muka bumi setelah mengalami kematiannya, maka lihatlah Thalhah," sabda
Rasulullah. Sejak saat itu bila orang membicarakan perang Uhud di hadapan Abu
Bakar, maka beliau selalu menyahut, "Perang hari itu adalah peperangan
Thalhah seluruhnya. Hingga akhir hayatnya, perjuangan sahabat mulia itu tak
kenal henti. Sebuah sejarah besar diukir, sejarah itu bernama Thalhah bin
Ubaidillah."
3. . Thalhah Al-Jaud wal Fayyadh - Pribadi yang Pemurah
dan Dermawan
Kemurahan dan kedermawanan Thalhah bin Ubaidillah patut
kita contoh dan kita teladani. Dalam hidupnya ia mempunyai tujuan utama yaitu
bermurah dalam pengorbanan jiwa. Thalhah merupakan salah seorang dari (8) delapan
orang yang pertama masuk Islam, dimana pada saat itu orang bernilai seribu
orang. Sejak awal keislamannya sampai akhir hidupnya dia tidak pernah mengingkari
janji. Janjinya selalu tepat.
Ia juga dikenal sebagai orang jujur, tidak pernah menipu apalagi berkhianat.
Pernahkah anda melihat sungai yang airnya mengalir terus menerus mengairi
dataran dan lembah ? Begitulah Thalhah
bin Ubaidillah. Ia adalah seorang dari kaum muslimin yang kaya raya, tapi pemurah
dan dermawan. Istrinya bernama Su'da
binti Auf. Pada suatu hari istrinya melihat Thalhah sedang murung dan duduk
termenung sedih. Melihat keadaan suaminya, sang istri segera menanyakan
penyebab kesedihannya dan Thalhah mejawab, " Uang yang ada di tanganku
sekarang ini begitu banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan
?" Maka istrinya berkata, "Uang yang ada ditanganmu itu bagi-bagikanlah
kepada fakir-miskin." Maka dibagi-bagikannyalah seluruh uang yang ada
ditangan Thalhah tanpa meninggalkan sepeserpun. Assaib bin Zaid berkata tentang
Thalhah, katanya, "Aku berkawan dengan Thalhah baik dalam perjalanan
maupun sewaktu bermukim. Aku melihat tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari
dia terhadap kaum muslimin. Ia mendermakan uang,sandang dan pangannya."
Jaabir bin Abdullah bertutur, " Aku tidak pernah melihat orang yang lebih
dermawan dari Thalhah walaupun tanpa diminta. Oleh karena itu patutlah jika dia
dijuluki "Thalhah si dermawan", "Thalhah si pengalir
harta", " Thalhah kebaikan dan kebajikan".
4.
Thalhah Al-Khair – Thalhah yang baik
Thalhah adalah pedagang besar. Pada suatu sore hari dia
mendapat untung dari Hadhramaut kira-kira 700 000 dirham. Malamnya dia
ketakutan, gelisah dan risau. Maka ditanya oleh istrerinya Ummu Kaltsum binti
Abu Bakar Shiddiq, Mengapa Anda gelisah, hai Abu Muhammad, Apa kesalahan kami
sehingga Anda gelisah?Jawab Thalhah, Tidak! Engkau adalah isteri yang baik dan
setia! Tetapi ada yang terfikir olehku sejak semalam, seperti biasanya pikiran
seseorang tertuju kepada Tuhannya bila dia tidur, sedangkan harta ini bertumpuk
di rumahnya.? Jawab isterinya, Ummu Kalthum, Mengapa Anda begitu risau
memikirkannya. Bukankah kaum Anda banyak yang membutuhkan pertolongan Anda.
Besok pagi bagi-bagikan wang itu kepada mereka.? Kata Thalhah, Rahimakillah.
(Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu!). Engkau wanita beroleh taufiq,
anak orang yang selalu diberi taufiq oleh Allah.? Pagi-pagi, dimasukkannya wang
itu ke dalam pundi-pundi besar dan kecil, lalu dibagi-bagikannya kepada fakir
miskin kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Diceritakanya pula, seorang laki-laki pernah datang kepada Thalhah bin Ubaidillah meminta bantuannya. Hati Thalhah tergugah oleh rasa kasihan terhadap orang itu. Lalu katanya, Aku mempunyai sebidang tanah pemberian Usman bin 'Affan kepadaku, seharga tiga ratus ribu. Jika engkau suka, ambilah tanah itu, atau aku beli kepadamu tiga ratus ribu dirham.? Kata orang itu, Biarlah aku terima uangnya saja.? Thalhah memberikan kepadanya uang sejumlah tiga ratus ribu.
Diceritakanya pula, seorang laki-laki pernah datang kepada Thalhah bin Ubaidillah meminta bantuannya. Hati Thalhah tergugah oleh rasa kasihan terhadap orang itu. Lalu katanya, Aku mempunyai sebidang tanah pemberian Usman bin 'Affan kepadaku, seharga tiga ratus ribu. Jika engkau suka, ambilah tanah itu, atau aku beli kepadamu tiga ratus ribu dirham.? Kata orang itu, Biarlah aku terima uangnya saja.? Thalhah memberikan kepadanya uang sejumlah tiga ratus ribu.
Salah seorang sahabat Nabi Muhammad bernama Thalhah bin
Ubaidillah. Beliau terkenal sebagai seorang yang sangat pemurah. Pada suatu
masa beliau berhutang lima puluh ribu dirham daripada sahabat karib Nabi
Muhammad yg bernama Usman bin Affan. Buat beberapa lama beliau belum dapat
membayar hutangnya itu. Suatu hari Thalhah bin Ubaidillah terserempak dengan Usman
bin Affan yg sedang berjalan menuju ke Masjid besar Madinah. "Tuan
Usman."kata Thalhah bin Ubaidillah, "sekarang saya sudah mempunyai
cukup wang bagi membayar hutang saya." "Saya hadiahkan uang itu
kepada saudara, sebab saudara selalu berhutang bagi menanggung keperluan orang-orang
lain," Jawab Usman bin Affan.
Wafatnya
Thalhah
Talhah bin Ubaidillah meninggal dunia pada tahun 36
Hijrah bersamaan 656 Masehi. Thalhah wafat pada usia 60 (enam puluh) tahun dan
dikubur di suatu tempat dekat padang rumput di Basra. Beliau meninggal dunia
terkena panah pada peperangan Jamal. Sewaktu terjadi pertempuran
"Aljamal", Thalhah (di pihak lain) bertemu dengan Ali Ra dan Ali Ra
memperingatkan agar ia mundur ke barisan paling belakang. Sebuah panah mengenai
betisnya maka dia segera dipindahkan ke Basra dan tak berapa lama kemudian
karena lukanya yang cukup dalam ia wafat.
Tidak ada kegembiraan paling diharapkan sahabat
Rasulullah SAW, melebihi kedudukan yang disandangkan Baginda kepada Thalhah bin
Ubaidillah yang tidak hairanlah hatinya tenteram mendengar kata-kata itu. Dialah
insan yang akan hidup dan mati termasuk salah seorang mereka yang menepati
benar apa dijanjikan Allah, dan dia tidak terkena fitnah dan tidak mendapat
kesukaran.
Rasulullah pernah berkata kepada para sahabat Ra,
"Orang ini termasuk yang gugur dan barang siapa senang melihat seorang
syahid berjalan diatas bumi maka lihatlah Thalhah. Hal itu juga dikatakan ALLAH
dalam firmanNya : "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang -orang yang
menepati apa yang telah mereka janjikan kepada ALLAH, maka diantara mereka ada
yang gugur. Dan diantara mereka ada
(pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya."
(Al-Ahzaab: 23)
Thalhah bin `Ubaidillah (R) is one of
the greatest heroes of Islam. All tribes inside and outside of Makkah knew how
much he was chaste and pious. When he embraced Islam he was a promising shield
that provided protection to so many weak and oppressed families to the extent
that he was called by the Prophet (S) - the example of benevolence. He was also
given the glad tidings that he would be one of the martyrs and the Prophet's
neighbor in Paradise . Thus we can say that
this hero of Islam is the example to follow and join the eternal life of
happiness
Artikel terkait:
Tausiah
- Kisah Perang Uhud
- Cerita Tentang Asal-usul Adzan
- Makna Gerakan sholat dalam Kehidupan Manusia
- ABDULLAH BIN AL-MUBARAK
- ABDULLAH BIN ABBAS
- Abbas bin Abdul Muththalib radhiallahu 'anhu
- Doanya Tertolak Selama Empat Bulan Karena Sebutir Kurma
- Dialog Dengan Setan Penggoda Orang Mukmin dan Orang Kafir
- Mengenang Sejarah Ka’bah
0comments:
Post a Comment